Sabung Ayam Untuk Dewa Api Khas Bali, adalah sebuah ritual keagaman yang dimana masyarakat melakukan pertandingan sabung ayam sebagai ritual persembahan kepada dewa Agni atas berkat hasil peternakan yang melimpah.
Pertandingan Sabung ayam ini berbeda dari sabung ayam umumnya, pada acara ini kedua ayam yang akan di adu dipasangkan ikatan sebuah besi atau pisau tajam di kaki yang berfungsi agar salah satu ayam tersebut mati dan menjadi persembahan. Di Bali ritual Sabung Ayam seperti ini diberi nama Tabuh Rah atau Aci Keburan dan dilakukan pada acara-acara khusus seperti pada upacara persembahan syukuran kepada dewa Agni atas hasil perternakan yang cukup melimpah di daerah tersebut.
Agni adalah dewa yang bergelar sebagai pemimpin upacara, dewa api, dan duta para Dewa. Kata Agni itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta (अग्नि) yang berarti ‘api’. Konon Dewa Agni adalah putra Dewa Dyaus dan Pertiwi.
Sebagian besar warga yang datang ke tempat ini merupakan ‘bebotoh’ (orang yang hobi adu ayam) dan membawa ayam jantan aduan. Beberapa warga ada yang membawa ayam jantan aduan lebih dari satu ekor. Tidak luput acara-acara seperti ini pun kerap disusupi oleh unsur perjudian, banyak para bebotoh yang secara diam-diam melakukan taruhan pada pertandingan sabung ayam yang di kemas pada acara Aci Keburan ini.
Tradisi ‘Aci Keburan’ sendiri digelar di halaman luar pura. Ayam jantan aduan yang sudah dipasangi pisau taji tajam pada kakinya, diadu pada beberapa ‘kalangan’ atau arena adu ayam yang dibuat warga.
“Ayam yang mati pada prosesi ‘Aci Keburan’ atau adu ayam massal ini diyakini warga sebagai wujud persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Sang Maha Pencipta. Persembahan ayam jantan lewat tradisi ini diyakini dapat memberi keselamatan pada hewan peliharaan warga yang ada di rumah,” jelas I Wayan Jawi, Bendesa Adat Kelusa.
Tradisi ‘Aci Keburan’ biasa diadakan setiap enam bulan sekali dan akan berlangsung selama 35 hari atau satu bulan lebih. Setelah mengadu ayam jantan aduan, warga yang datang kemudian melakukan persembahyangan di pura guna memohon keselamatan baik sekala (alam nyata) maupun niskala (alam tidak nyata).